Menyingkap Rahasia Kecerdasan Rasulullah Tinjauan Berdasarkan al-Qur’an, Sunnah dan Sains
by Unknown
Sabtu, 27 Februari 2016
Menyingkap Rahasia Kecerdasan Rasulullah
Tinjauan Berdasarkan al-Qur’an, Sunnah dan Sains
Oleh : Eko Kurniawan Prasetio*
Al Qur’an menempatkan ilmu pengetahuan sedemikian penting dan
tinggi. Perintah membaca misalnya, sebagai pintu kegiatan mengembangkan ilmu
pengetahuan, diturunkan pertama kali dari seluruh ayat al Qur’an
lainnya. Misi Rasulullah yang disebutkan pertama kali adalah tilawah,
artinya adalah membaca. Semua itu sebenarnya bisa ditangkap bahwa Islam
mengutamakan ilmu pengetahuan sebagai pintu seseorang menjadi semakin cerdas.
Cerdas atau berakal dalam Al Qur’an adalah ketika berpadunya
pikir dengan dzikir dalam diri seorang muslim sejati. Pikir adalah kerja otak
dan dzikir merupakan kerja hati, hati yang sehat dan hidup yakni selalu ingat
kepada AllahSWT. Didalam Al Qur’an penyebutan kata berakal atau
berfikir tersebar tidak kurang dalam 19 ayat, Seperti Firman Allah SWT dalam
QS.Ar Ra’d ayat : 19
” Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah
orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran”
Manusia barulah dikatakan cerdas lahir dan
batin jika berhasil menguasai tiga tingkat kecerdasan yakni: Intelektualnya,
Emosionalnya, dan Spritualnya. Muhammad SAW tidak diragukan lagi memiliki tiga
kecerdasan tersebut. Kecerdasan Rasulullah Muhammad SAW telah nampak ketika
beliau masih kecil dan berkembang setelah beliau remaja dan dewasa menjadi
seorang pemuda yang dikenal oleh orang sekitarnya sebagai pribadi yang jujur
dan baik. Bahkan kecerdasan beliau adalah kecerdasan yang murni langsung
didikan dari “Sang Maha Guru” Allah SWT. Sejarah mencatat, beliau tidak pernah
berguru kepada manusia lainnya, bahkan diriwayatkan bahwa beliau adalah seorang
yang buta huruf dan tidak pernah sekolah, sehingga kecerdasan beliau merupakan
hikmah dan anugerah langsung dari “Sang Pemilik Kecerdasan” Allah SWT.
Muhammad kumpulan
berbagai kecendikiaan
Pribadi Muhammad Saw merupakan kumpulan dari berbagai
kecendikiaan, sehingga memungkinkan ia mendirikan sebuah umat, agama, dan
negara dari nol (Yasien, 2002: 56). Sesuatu yang belum pernah dimiliki oleh
tokoh besar sejarah. Suatu sosok pribadi unik dalam keluhuran dan
kesempurnaannya, belum pernah ada manusia melihat tandingan sepanjang
sejarahnya. Maka layakalah semua kepala ditundukkan di hadapan biografinya yang
semerbak wangi sebagai tanda penghormatan dan keagungan.
Dan dalam kenyataannya pun Nabi Muhammad
adalah seorang yang cerdas dan cerdik. Seandainya tidak demikian, niscaya tidak
akan beliau dapat memimpin dan memperbaiki keadaan bangsa Arab yang umumnya
bertabiat begitu kasar, begitu keras dan bengis, sehingga menjadi bangsa atau
umat yang baik dan maju dalam kebaikan yang belum pernah ada yang menyamakannya
di muka bumi ini. Para pemikir dan filusuf pun mengakui akan kecerdasan Nabi
Muhammad. Dalam kesempatan ini akan dipaparkan beberapa filusuf yang mengakui
kecerdasan Nabi Muhammad SAW
1. MICHAEL HART seorang Profesor astronomi,
fisika dan sejarah sains dalam bukunya The 100, menobatkan
nabi Muhammad SAW sebagai figur paling berpengaruh dalam sejarah manusia,
mengalahkan figur besar mana pun (Santosa, 2011: 13). Ia mengatakan “Jika
keagungan sebuah tujuan, kecilnya fasilitas yang diberikan untuk mencapai
tujuan tersebut, serta menakjubkannya hasil yang dicapai menjadi tolok ukur
kejeniusan seorang manusia; siapakah yang berani membandingkan tokoh hebat manapun
dalam sejarah modern dengan Muhammad? Ada setidaknya dua alasan untuk itu.
Pertama, Sang Nabi menerapkan sintesis. Kedua, Sang Nabi menerapkan metode
duplikasi. Nabi Muhammad menerapkan sintetis, maksudnya ia menempatkan dirinya
sebagai generalis. Buktinya, beliau pernah menjadi penggembala, panglima
perang, enterpreneur, pedagang, motivator bahkan pernah pula
menjadi kepala negara. Selain menerapkan sintetis nabi Muhammad juga menerapkan
duplikasi. Maksudnya ia memilih cara-cara yang alami, sangat manusiawi, bisa
diteruskan dan ditiru.
2. MAHATMA GANDHI
(Mohandas Karamcham Gandhi), Bapak India, Tokoh Pemikir, negarawan, dan
pemimpin nasionalis India. “Pernah saya bertanya-tanya siapakah tokoh yang
paling mempengaruhi manusia… Saya lebih dari yakin bahwa bukan pedanglah yang
memberikan kebesaran pada Islam pada masanya. Tapi ia datang dari
kesederhanaan, kebersahajaan, kehati-hatian Muhammad; serta pengabdian luar
biasa kepada teman dan pengikutnya, tekadnya, keberaniannya, serta keyakinannya
pada Tuhan dan tugasnya. Semua ini (dan bukan pedang ) menyingkirkan segala
halangan. Ketika saya menutup halaman terakhir volume 2 (biografi Muhammad),
saya sedih karena tiada lagi cerita yang tersisa dari hidupnya yang agung.
3. SIR GEORGE BERNARD SHAW, (26 July 1856 – 2
November 1950), Tokoh Irlandia, Pendiri London School of Economics. “Saya
senantiasa menghormati agama Muhammad karena potensi yang dimilikinya. Ini
adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan dan
merubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad sesosok pribadi agung yang
jauh dari kesan seorang anti-kristus, dia harus dipanggil ’sang penyelamat
kemanusiaan” “Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan
tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan
sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia (The
Genuine Islam,’ Vol. 1, No. 8, 1936.)
4. THOMAS CARLYLE (4 December 1795 – 5 February
1881) Penulis Besar dari Scotlandia “Betapa menakjubkan seorang manusia
sendirian dapat mengubah suku-suku yang saling berperang dan kaum nomaden
(Baduy) menjadi sebuah bangsa yang paling maju dan paling berperadaban hanya
dalam waktu kurang dari dua dekade. “Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat
yang diselimutkan kepada orang ini (Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita
sendiri. “Sesosok jiwa besar yang tenang, seorang yang mau tidak mau harus
dijunjung tinggi. Dia diciptakan untuk menerangi dunia, begitulah perintah Sang
Pencipta Dunia.
Di Balik Kecerdasan
Rasulullah SAW
Nabi Muhammad memang tidak bisa membaca dan menulis hal ini
membuktikan bahwa wahyu Ilahi itu bukan karangannya. Tapi bukan berarti Nabi
Muhammad seorang yang bodoh, ia merupakan manusia tercerdas yang pernah ada.
Dimana Ia mampu merubah kondisi suatu bangsa yang penuh perpecahan, dan
ketertinggalan menjadi bangsa yang maju hanya dengan fasilitas yang seadanya
dalam waktu kurang dari 2 dekade. Dengan kecerdasan yang dimiliki sudah
pasti Nabi Muhammad memiliki otak yang sangat brilian.
Dari
segi anatomi-fisiologi tubuh, otak merupakan satu-satunya bagian tubuh yang
belum tuntas diselidiki. Brain era (1990-2000) yang ditetapkan
oleh pemerintah Amerika memang telah menghasilkan banyak informasi baru tentang
otak, tetapi ternyata itu tidak tuntas menggambarkan otak manusia. Temuan yang
diganjar Nobel Kedokteran bagi Eric Kandel, Arvid Carlsson, dan Paul Greengard
tidak menuntaskan kemisterian otak manusia. Ada miliaran sel saraf
dalam otak manusia, ada miliaran partikel yang tersimpan di dalamnya. Komposisi
itu tidak saja memusingkan, tapi juga menimbulkan rasa ingin tahu yang sangat
mendalam.
Dengan
kecerdasan yang dimiliki oleh Rasulullah, apakah hal ini juga dipengaruhi oleh
ritual ibadah yang sering dilaksanakannya. Apakah Ibadah yang diperintahkan
Allah SWT, turut membantu meningkatkan kecerdasan, dalam kesempatan ini akan
dibahas beberapa ritual ibadah yang rutin dilaksanakan Rasulullah yang mampu
meningkatkan kecerdasan
Musik Klasik Vs Bacaan
Al Quran
Kepercayaan orang barat bahwa musik terutama mozart dapat
meningkatkan kecerdasan sudah diyakini sejak tahuan 1950-an, mitos ini kemudian
diteliti secara lebih serius pada tahun 1990-an. 36 siswa dalam sebuah studi di
University of California di Irvine mendengarkan 10 menit sonata Mozart sebelum
mengambil tes IQ. Menurut Dr Gordon Shaw, psikolog yang bertanggung jawab atas
penelitian ini, skor IQ siswa naik sekitar 8 poin akibat dirangsang oleh alunan
musik Mozart, sejak itulah istilah “Mozart effect ” lahir.
Namun setelah bertahun-tahun, orang mulai ragu akan kesahihan
dari ‘Mozart effect’ ini dan penelitian tandingan yang menghasilkan kesimpulan
kontradiktif dengan kesimpulan diatassudah dilakukan. Beberapa peneliti dari
University of Vienna, Austria yakni Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton
K. Formann dalam riset mereka yang diberi judul “Mozart Effect” mengemukakan
kesalahan besar dari hasil penelitian musik yang melegenda ini.
Musik diakui meningkatkan kecerdasan pada ibu yang sedang
mengandung, namun secara tidak langsung yaitu dengan efeknya yang menenangkan
sehingga syarat psikologis dan emosional sang ibu memenuhi syarat untuk
menciptakan suasana dan lingkungan rahim yang kondusif untuk pembangunan dan
pertumbuhan otak sang janin. Stimulan serupa juga didapati pada Al-Quran,
diyakini juga bahwa Al-Quran membawa pengaruh-pengaruh positif lain yang luar
biasa disebabkan oleh sumber Al-Quran yang ilahiah, dan juga berdasarkan
banyaknya kesaksian orang-orang yang merasakan pengaruh Al-Quran secara langsung
maupun tak langsung. Keyakinan ini terus diupayakan diteliti sehingga dapat
dijelaskan lebih baik dalam ranah ilmiah.
Sudah diteliti dan didapati fakta bahwa memperdengarkan Al-Quran
kepada bayi akan meningkatkan tingkat inteligensia sang bayi. Dr. Nurhayati
dari Malaysia mengemukakan hasil penelitian ini dalam sebuah seminar konseling
dan psikoterapi Islam. Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan
panjang gelombang tertentu. Dan ternyata, bacaan Al-Qur’an yang dibaca dengan
tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang
gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan
keseimbangan dalam tubuh.
Bacaan Al-Qur’an memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh,
seperti; memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan
kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai
penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak,
meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian,
meningkatkan kemampuan berbahasa, dan lain sebagainya.
Kalau musik klasik disimpulkan dapat mempengaruhi kecerdasan
melalui pengaruh positifnya terhadap stimulan psikologis dengan efektivitas
sebesar 65% maka seharusnya Al-Quran yang adalah Kalamullah bisa lebih baik
lagi. Al-Qur’an tetaplah obat dan terapi serta stimulan yang terbaik.
Efek Metabolik Puasa
Penelitian medis yang pernah dilakukan terhadap 298 orang yang
berpuasa di bulan ramadhan pernah dilakukan oleh Muazzam dan Khaleque dan
dilaporkan dalam majalah Journal of Tropical Medicine pada 1959. Juga oleh
Chassain dan Hubert, yang dilaporkan dalam Journal of Physiology pada
1968 (Hashman, 2009: 143). Pada kesimpulannya, mereka menemukan bahwa tidak ada
perubahan signifikan kadar unsur kimia dalam darah orang berpuasa selama bulan
ramadhan. Puasa juga mempengaruhi kemampuan kosnsentrasi bepikir di otak,
karena darah tidak terkonsentrasi di saluran pencernaan, sehingga otak cukup
mendapat supply maksimal ketika ia bekerja sehingga kegiatan berpikirnya
menjadi maskimal.
Ketua Centre for Neuroscience, Health, and Spirituality (C-NET)
Doktor Taufiq Pasiak mengatakan bahwa puasa menjadi latihan mental yang
berkaitan dengan sifat otak, yakni neuroplastisitas. “Sel-sel otak dapat
mengalami regenerasi dan membentuk hubungan struktural yang baru, salah satunya
karena latihan mental yang terus-menerus, apabila seseorang melakukan perbuatan
baik secara terus-menerus, struktur otaknya akan berubah. Waktu yang dibutuhkan
untuk mengubah sel saraf itu minimal 21 hari.
Selain membentuk struktur otak baru, puasa juga merelaksasi
sistem saraf, terutama otak. Contohnya, otak dapat mengingat dengan baik di
saat tenang dan rileks. Ketika tidur, biasanya orang bermimpi. Kenapa? Karena
di waktu ini otak hanya menerima dan mengelola informasi yang berasal dari
dalam dirinya. Di dalam Al-Quran, ada istilah an-nafsul-muthmainah (jiwa yang
tenang) karena memang dalam suasana tenang orang dapat berpikir dengan baik dan
memiliki kepekaan hati yang tajam.
Otak terdiri atas triliunan sel yang terhubung satu dengan
lainnya. Di dalamnya bisa disimpan 1 miliar bit memori atau ingatan. Ini sama
dengan informasi dari 500 set ensiklopedia lengkap. Di dalam otak, ada sel yang
disebut sebagai neuroglial cells. Fungsinya sebagai pembersih otak. Saat
berpuasa, sel-sel neuron yang mati atau sakit akan ‘dimakan’ oleh sel-sel
neuroglial ini. Fisikawan Albert Einstein dikenal sebagai orang yang suka
berpuasa. Ketika mendonasikan tubuhnya, para ilmuwan menemukan sel-sel
neuroglial di dalam otak Einstein 73 persen lebih banyak ketimbang orang
kebanyakan.
Sebuah penelitian yang dilakukan John Rately, seorang psikiater
dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa pengaturan dan
pembatasan asupan kalori meningkatkan kinerja otak. Dengan alat functional
Magnetic Resonance Imaging (fMRI), Rately memantau kondisi otak mereka yang
berpuasa dan yang tidak. Hasilnya, orang yang shaum memiliki aktivitas motor
korteks yang meningkat secara konsisten dan signifikan.
SUJUD
Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa?
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yamg memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinu dapat memacu kecerdasan.
Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa?
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yamg memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinu dapat memacu kecerdasan.
Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry , AS.
Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan
masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai
gerakan sujud. Gerakan-gerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan
(stretching) . Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah.
Keunggulan shalat dibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota
tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan.
Memeluk Islam Kerana
Mengkaji Wudhu
Prof
Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater dan sekaligus neurology dari
Austria, menemui sesuatu yang menakjubkan terhadap wudhu. Ia mengemukakan satu
fakta yang sangat mengejutkan.
Bahwa pusat-pusat saraf yang paling peka dari tubuh manusia
ternyata berada di sebelah dahi, tangan, dan kaki. Pusat-pusat saraf tersebut
sangat sensitif terhadap air segar. Dari sini ia menemui hikmah di sebalik
wudhu yang membasuh pusat-pusat saraf tersebut. Malah ia mencadangkan agar
wudhu bukan hanya milik dan kebiasaan umat Islam, tetapi untuk umat manusia
secara keseluruhan. Dengan sentiasa membasuh air segar pada pusat-pusat saraf
tersebut, maka berarti orang akan memelihara kesehatan dan keselarasan pusat
sarafnya. Pada akhirnya Leopold memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi
Baron Omar Rolf Ehrenfels.
Yang paling penting dari wudhu ialah kekuatan simboliknya, yakni
memberikan rasa percaya diri sebagai orang yang ‘bersih’ dan setiap waktu dapat
menjalankan ketaatannya kepada Tuhan. Selain itu dengan wudhu akan menjadikan
rileks, sehingga ketika akan belajar kita dianjurkan untuk berwudhu terlebih
dahulu.
Daftar Pustaka
Fachri, M. Yasser.
2009. Muhammad saw On Facebook. Bandung: Hikmah
Hashman, Ade. 2009. Kenapa Rasulullah Saw Tidak Pernah
Sakit. Jakarta: Penerbit Hikmah
http://ramadhan.eramuslim.com/musik-klasik-vs-al-quran/Ilahi, Fadhl. 2006. Khalid, Amru. 2008. Potret
Rasulullah. Jakarta: Samara Publishing
Muhammad Saw Sang Guru
Yang Hebat. Surabaya: eLBA
Pasiak, Taufik.
2008. Revolusi IQ/EQ/SQ. Bandung: PT Mizan Pustaka
Santosa, Ippho. 2011. Muhammad Sebagai Pedagang.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Yasien, Khalil Asy Syaikh. 2002. Muhammad di Mata Cendekiawan
Barat. Jakarta: Gema Insani Press